5/22/13

Bahasa serapan dari India


  • adi (ādi)           : utama, pertama
  • adipati (ādipati)           : raja agung
  • Aditya (Āditya)           : (Dewa) Matahari
  • Agama (āgama)          :din ; tradisi suci
  • Aji                               : mantra
  • aksara (akara)            : huruf
  • amerta (amta)                        : ambrosia, nektar, air kehidupan
  • ancala (acala)              : gunung
  • aneka                           : macam-macam
  • angka                           : bilangan
  • angkara                        : murka
  • angkasa (ākāśa)           : langit
  • angsoka (aśoka)          : sejenis pohon
  • anugerah (anugraha)   : pemberian
  • arca (arcā)                   : patung
  • ardi (ardi)                    : gunung
  • Arya                            : bangsawan, orang India Utara
  • Asa                              : jiwa (dalam frasa "putus asa")
  • asmara (smara)            : cinta
  • asrama (āśrama)          : tempat padepokan
  • asta (aṣṭa)                   : delapan
  • astana (āsthāna)          : tempat pemakaman raja dan kerabatnya.
  • Atharwaweda (atharvaveda): salah satu dari empat kitab Weda
  • atma (ātmā atau ātma): jiwa
  • atmaja (ātmaja atau ātmajā): anak
  • Awatara (avatāra)       : penjelmaan, penampakan Dewa di dunia

  • baca (vaca)                  : mengartikan tulisan
  • bada (vāda)                 : bicara
  • bahna (bhāna)             : karena
  • bahtera (vahitra)          : kapal
  • bahureksa (bāhuraka):hiasan tangan
  • baiduri (vaidūrya)       :opal
  • bala (bala)                   : tentara
  • banaspati (vanaspati)  : pohon besar
  • bareksa (vka)            : pohon
  • Batara (bhaāra)         : Dewa
  • Batari (bhaārī)           : Dewi
  • bausastra (bahuśāstra): kamus
  • bayangkara (bhayakara): penjaga
  • bayu (vāyu)                 : angin
  • begawan (bhagavān)   : orang suci
  • bejana (bhājana)         : tempat menampung
  • bencana (vāñcana)      : malapetaka
  • berhala (bhaāra)        : bentuk Tuhan
  • biara (vihāra)               : tempat kaum rohaniawan
  • bidadari (vidyādharī)  : makhluk sorgawi
  • biji (bijā)                      : isi buah
  • biksu (bhiku)              : seorang rohaniawan Buddha
  • birahi (virahin)            : ingin bercinta
  • brata (brata)                : tapa
  • buana (bhuvana)         : dunia
  • budaya (buddhaya)     : berhubungan dengan akal, adab
  • Buddha (buddha)        : seseorang yang telah sadar
  • bumantara (byomāntara): langit
  • bumi (bhūmi)               : planet ketiga dalam tatasurya, tanah
  • buta (bhūta)                 : raksasa
  • Cabai (cavi)                 : lombok
  • cakra (cakra)               : roda
  • cakrawala (cakravāla) : ufuk
  • candala (caṇḍāla)       : orang buangan; dari kasta terendah; paria
  • candi (caṇḍi)               : gedung peninggalan Hindu-Buddha kuna
  • daksina                        : selatan
  • dasa (daśa)                  : sepuluh
  • dasawarsa (daśawara): dekade, sepuluh tahun
  • dharma (dharma)        : kewajiban dan sebagainya
  • dirgahayu (dīrghāyua): panjang umur
  • Eka                               : satu
  • gandewa (gaṇḍīva)     : busur, terutama busur sang Arjuna
  • giri (giri)                      : gunung
  • harsa (hara)               : sukacita
  • hatta (ātha)                  : syahdan, maka (kata penghubung)
  • hima                            : kabut (harafiah salju)
  • jaga (jagarti tapi dalam bahasa Prakerta jaga): bangun
  • jana                              : manusia
  • jatmika (adhyātmika)  : hormat
  • jenggala (jagala)       :  gurun
  • kakawin (dari kata kāvya): sebuah sajak dalam metrum India
  • Kamajaya (Kāmajaya): nama lain Dewa Smara atau Dewa Cinta
  • kawi (kāvya)                : penyair         
  • kendi (kuṇḍi atau kuṇḍikā): bejana air
  • kenya (kanyā)              : gadis
  • krida (krīā)                : tindakan terpuji
  • ksatria (katriya)         : kasta kedua, bangsawan, seorang laskar
  • kusuma (kuuma)        : bunga
  • laksa (laka)                : 10.000
  • madia (madya)            : tengah
  • maha (mahā)               : besar
  • Maharaja (mahārāja)  : Kaisar
  • moksa (moka)            : kelepasan dari sengsara
  • nama (nāma)               : sebutan atau panggilan
  • netra (netra)                : mata
  • nirwana (nirvana)        : stadium kelepasan jiwa
  • paksi (paki):               : burung
  • Pancatantra (pañcatantra): sebuah
  • sayembara (svayambara): kontes
  • sederhana (sārdhāna)  : simpel
  • seloka (śloka)  : larik puisi
  • singgasana (sihâsana): takhta
  • siswa (siya)                : murid
  •  suci (śuci)                    : keramat
  • wahana (vāhana)         : medium, kendaraan
  • wana                            : hutan
  • wanara (vaara)          : kera
  • warsa (vara)              : tahun
  • widya                          : pengetahuan, ilmu atau pembelajaran
  • wiwaha (vivāha)          : pernikahan besar
  • yoga (yoga)                 : bentuk tapa-samadi
  • yoni (yoni)                   : rahim, vagina, alas lingga
  • yogya (yogya)             : sesuai tatakrama

Cerita Rakyat Candi-candi di sekitar Prambanan



1.      Candi Prambanan
Rara Jonggrang artinya adalah "dara (gadis) langsing".
Menurut cerita rakyat setempat, kisahnya adalah sebagai berikut:
Alkisah adalah seorang Raja yang bernama Raja Baka (Boko) dan mempunyai putri sangat cantik, Rara Jonggrang. Maka ia pun dilamar oleh Bandung Bandawasa (Bandung Bondowoso). Rara Jongrang pun disuruh menikah dengan Bandung Bandawasa tidak mau karena tidak mencintainya. Akhirnya ia setuju asalkan permintaannya dikabulkan. Permintaannya ialah minta dibangunkan 1.000 candi dalam waktu satu hari satu malam.
Bandung Bandawasa setuju, lalu ia mulai membangun, tetapi setelah malam hari ia meminta bantuan makhluk halus sehingga pembangunan bisa lebih cepat. Rara Jongrang khawatir dan ia menyuruh dayang-dayangnya supaya membunyikan suara-suara berisik dan membangunkan hewan-hewan peliharaan supaya para makhluk halus takut.

5/17/13

FENOMENA BUDAYA NYEKAR

Fenomena budaya akan tercipta jika dilakukan oleh sekumpulan masyarakat, Suatu fenomena budaya tidak akan terwujud dalam suatu mayarakat jika pelakukanya hanya satu atau dua subjek. Seperti halnya fenomena nyekar yang terjadi di daerah Cibeunying kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap tepatnya di makam Cikreo. Desa Cibeunying ini terletak di wilayah barat kecamatan Majenang, tepatnya di wilayah Kab. Cilacap Barat yang jarak tempuhnya kira-kira 84 km dari kota kabupaten. Tradisi nyekar yang biasa dilakukan oleh keluarga bapak Jono beserta sebagian warga desa Cibeunying yang mayoritas memiliki mata pencaharian dengan bertani, serta tingkat pendidikan yang masih tergolong minim. Penduduk di desa ini mayoritas memiliki tingkat pendidikannya hanya mencapai tingkat Sekolah Dasar dan hanya sedikit yang tingkat pendidikannya tinggi. Dengan tingkat pendidikan yang mayoritas tergolong masih rendah, maka dalam melakukan tradisi nyekar ini mereka menganggap bahwa tradisi nyekar yang biasa dilakukan merupakan sesuatu keharusan yang turun temurun. Tradisi nyekar ini dilakukan satu hari menjelang ramadhan, tradisi ini sudah dianggap kebiasaan yang harus dilakukan serta merupakan suatu tradisi yang tidak dapat ditinggalkan terutama pada masyarakat jawa. Menurut nara sumber kegiatan ziarah nyekar yang mereka lakukan biasanya sehari menjelang ramadhan. Namun, ada juga sebagian warga yang melakukan ziarah nyekar setelah melaksanakan shalat ied. Namun, kapan pun pelaksanaan nyekar ini menurut Pak Jono memiliki maksud dan tujuan yang sama.