5/22/13

Cerita Rakyat Candi-candi di sekitar Prambanan



1.      Candi Prambanan
Rara Jonggrang artinya adalah "dara (gadis) langsing".
Menurut cerita rakyat setempat, kisahnya adalah sebagai berikut:
Alkisah adalah seorang Raja yang bernama Raja Baka (Boko) dan mempunyai putri sangat cantik, Rara Jonggrang. Maka ia pun dilamar oleh Bandung Bandawasa (Bandung Bondowoso). Rara Jongrang pun disuruh menikah dengan Bandung Bandawasa tidak mau karena tidak mencintainya. Akhirnya ia setuju asalkan permintaannya dikabulkan. Permintaannya ialah minta dibangunkan 1.000 candi dalam waktu satu hari satu malam.
Bandung Bandawasa setuju, lalu ia mulai membangun, tetapi setelah malam hari ia meminta bantuan makhluk halus sehingga pembangunan bisa lebih cepat. Rara Jongrang khawatir dan ia menyuruh dayang-dayangnya supaya membunyikan suara-suara berisik dan membangunkan hewan-hewan peliharaan supaya para makhluk halus takut.
Ternyata benar, para makhluk halus mengira hari telah pagi dan mereka bersembunyi lagi. Bandung Bandawasa melihat bahwa jumlah candi hanya 999 dan ia tahu bahwa ia telah dikelabui oleh Rara Jongrang yang berbuat curang. Maka ia pun murka dan menyihir Rara Jongrang menjadi patung batu yang menghias candi terakhir.


2.      Candi Sojiwan
relief yang dipetik dari cerita fabel Pancatantra atau jataka yang berada di candi Sojiwan. Jumlah relief yang dibicarakan ada sekitar 12. Cerita relief dibaca menuju ke selatan (mapradakia).
a.       Relief Dua pria yang berkelahi
Relief ini menggambarkan dua orang pria yang sedang berkelahi satu sama lain. Pria sebelah kiri berada dalam posisi menyerang. Ia memegang sebuah pedang pada tangan kanannya yang tegak berdiri ke atas. Tangan kirinya dikepalkan dan menuding kepada figur yang berada di sebelah kanan. Kaki kirinya berdiri dan memberi kesan seakan-akan menendang.
Sedangkan figur yang duduk di sebelah kanan membelakangi figur yang satunya. Mulutnya terbuka, ia berambut keriting dan memakai sebuah kalung dan gelang. Tangan kirinya memegang sebuah payung. Posisi figur ini seolah-olah terganggu dan kontras terhadap figur yang satunya.
Ada kemungkinan cerita yang dilukiskan di sini adalah kisah "Dhawalamukha" yang dimuat dalam "Kathâsaritsâgara".

b.      Perlombaan antara Garuda dan kura-kura
Relief ini melukiskan cerita perlombaan antara Garuda dan kura-kura menyeberangi samudra. Akhirnya Garuda kalah karena disiasati oleh para kura-kura.
Pada relief ini kita bisa menyaksikan seekor burung Garuda dan kura-kura di belakangnya dan di antara kakinya.

c.       Relief ini melukiskan fabel seekor kura-kura yang dibawa terbang oleh sepasang angsa. Pada relief ini terdapat lukisan cerita hewan atau fabel yang dikenal dari Pancatantra atau jataka.
Relief ini melukiskan cerita perlombaan antara Garuda dan kura-kura menyeberangi samudra. Akhirnya Garuda kalah karena disiasati oleh para kura-kura.
Pada relief ini kita bisa menyaksikan seekor burung Garuda dan kura-kura di belakangnya dan di antara kakinya.
Pada dasarnya cerita yang ada di dalam relief candi sojiwan teradopsi dari cerita fable.

3.      Candi Gana ( candi Asu )
Nama candi tersebut merupakan nama baru yang diberikan oleh masyarakat sekitarnya. Disebut Candi Asu karena didekat candi itu terdapat arca Lembu Nandi, wahana dewa Siwa yang diperkirakan penduduk sebagai arca asu ‘anjing’. Disebut Candi Lumbung karena diduga oleh penduduk setempat dahulu tempat menyimpan padi. Nama candi asu muncul karena pada saat pemugaran terdapat asu yang ada di sekitar candi, sehingga legenda nama candi asu berasal dari banyaknya asu yang berkeliaran di sekitar candi. Ketiga candi tersebut terletak di pinggir Sungai Pabelan, dilereng barat Gunung Merapi, di daerah bertemunya (tempuran) Sungai Pabelan dan Sungai Tlingsing. Ketiganya menghadap ke barat. Candi Asu berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 7,94 meter. Tinggi kaki candi 2,5 meter, tinggi tubuh candi 3,35 meter. Tinggi bagian atap candi tidak diketahui karena telah runtuh dan sebagian besar batu hilang. Melihat ketiga candi tersebut dapat diperkirakan bahwa candi-candi itu termasuk bangunan kecil. Di dekat Candi Asu telah diketemukan dua buah prasati batu berbentuk tugu (lingga), yaitu prasasti Sri Manggala I ( 874 M ) dan Sri Manggala II ( 874 M ).

4.      Candi Boko
Menurut cerita yang melegendaris dari mulut ke mulut, candi Boko atau raja Boko adalah ayah dari Roro Jonggrang. Namun, pada masa itu diceritakan bahwa saat raja Boko masih kecil, dia sangat lucu dan gemuk. Pada saat itu raja Boko merasa lapar yang kemudian meminta ibunya untuk memasak sayur. Selama ibu raja Bojo memasak raja Boko terus-terusan merengek karena dia sudah amat merasa lapar. Kemudian ibu Raja Boko memasak sayur dengan tergesah-gesah hingga pada akhirnya salah satu jari Ibu raja Boko teriris dan masuk ke dalam sayur. Setelah sayur matang, raja Boko sangat senang dan merasakan masakan ibunya sangat enak. Hingga pada akhirnya raja Boko tidak mau makan apabila rasa sayurnya tidak seperti itu. Kemudian ibu raja Boko menceritakan hal yang sebenarnya pada anaknya bahwa jari – jari nya semakin lama semakin habis. Namun, raja Boko tidak peduli bahkan pada suatu ketika dia  marah dan hendak memakan ibunya sendiri. Yang pada akhirnya raja Boko di tempatkan sendirian di pegunungan Boko yang sekarang menjadi candi Boko / ratu Boko.

5.      Candi Ijo
Candi Ijo, sebuah candi yang letaknya paling tinggi di antara candi-candi lain di Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Ijo dibangun sekitar abad ke-9, di sebuah bukit yang dikenal dengan Bukit Hijau atau Gumuk Ijo yang ketinggiannya sekitar 410 m di atas permukaan laut. Ragam bentuk seni rupa dijumpai sejak pintu masuk bangunan yang tergolong candi Hindu ini. Tepat di atas pintu masuk terdapat kala makara dengan motif kepala ganda dan beberapa atributnya. Motif kepala ganda dan atributnya yang juga bisa dijumpai pada candi Buddha menunjukkan bahwa candi itu adalah bentuk akulturasi kebudayaan Hindu dan Buddha. Ada pula arca yang menggambarkan sosok perempuan dan laki-laki yang melayang dan mengarah pada sisi tertentu. Sosok tersebut dapat mempunyai beberapa makna. Pertama, sebagai suwuk untuk mngusir roh jahat dan kedua sebagai lambang persatuan Dewa Siwa dan Dewi Uma. Persatuan tersebut dimaknai sebagai awal terciptanya alam semesta. Salah satu karya yang menyimpan misteri adalah dua buah prasasti yang terletak di bangunan candi pada teras ke-9. Salah satu prasasti yang diberi kode F bertuliskan Guywan atau Bluyutan berarti pertapaan.

No comments: